Langsung ke konten utama

Kasus Wahyu Setiawan, KPK Cecar 22 Pertanyaan ke Ketua KPU Arief Budiman


Acehvoice.com | Jakarta - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman penuhi panggilan pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini, Selasa (28/1/2020).

Arief diperiksa sebagai saksi dalam kasus suap terkait pemulusan pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR PDIP. Usai diperiksa, Arief mengaku dicecar penyidik KPK dua puluh pertanyaan.

"Ada 22 pertanyaan yang diajukan kepada saya," ujar Arief usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Dari 20-an pertanyaan itu kata Arief, dirinya ditanyai mengenai profil, jabatan, tugas, kewenangan dan kewajibannya sebagai Ketua KPU. Ditanyai juga mengenai relasinya dengan mantan komisioner KPU Wahyu Setiawan yang telah ditetapkan tersangka oleh KPK.

"Kemudian kedua terkait relasi saya dengan Pak Wahyu, cara kerja sa dengan Pak Wahyu dan para anggota KPU. Kemudian ketiga terkait cara kami merespons menjawab surat-surat dari PDIP terkait dengan perkara ini," jelasnya.

Arief kembali menegaskan, dalam rapat pleno yang digelar untuk menentukan PAW dari almarhum Nazarudin Kiemas, semua komisioner KPU sepakat bahwa Harun Masiku tidak bisa menggantikan Nazarudin.


"Enggak ada (berbeda jawaban). Pokoknya KPU sudah mengambil keputusan sebagaimana surat yang sudah kita kirimkan sebagai jawaban," jelasnya.

Dalam sidang pleno, KPU memutuskan bahwa pengganti almarhum Nazarudin Kiemas adalah Riezky Aprilia yang juga caleg dari PDIP. Sebab, Riezky meraih suara tertinggi kedua setelah Nazarudin di Dapil Sumsel 1.

Namun keputusan KPU bertentangan dengan PDIP yang menginginkan Harun sebagai pengganti Nazarudin. Padahal, suara Harun terlampau jauh dibawah Riezky Aprilia.

Untuk memuluskan menjadi pengganti antarwaktu (PAW) pada Nazarudin, Harun pun memberikan sejumlah uang kepada mantan komisioner KPU Wahyu Setiawan. Proses ini pun diketahui KPK dan menetapkan Harun serta Wahyu sebagai tersangka suap.

Diketahui, KPK telah menetapkan mantan Komisioner KPU, Wahyu Setiawan sebagai tersangka penerima suap terkait penetapan anggota DPR-RI Terpilih tahun 2019-2024.

Selain Wahyu, KPK juga menetapkan tiga orang lainnya sebagai tersangka yakni sebagai penerima mantan anggota Badan Pengawas Pemilu yang juga orang kepercayaan Wahyu yakni Agustiani Tio Fridelina, dan sebagai pihak pemberi mantan caleg dari PDIP Harun Masiku serta pihak swasta Saeful.

Dalam kasus ini, Wahyu meminta kepada caleg PDIP Harun Masiku sebesar Rp900 juta, agar Harun dapat ditetapkan oleh KPU sebagai anggota DPR menggantikan caleg terpilih dari PDIP atas nama Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia pada Maret 2019. []

Sumber: Sindonews.com

Postingan populer dari blog ini

Kasus Pasien Meninggal Karena Salah Suntik, 2 Perawat di Aceh Barat Penjara 2 Tahun

Acehvoice.com | Meulaboh - Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, divonis masing-masing 2 tahun penjara karena terbukti salah menyuntik pasien hingga meninggal dunia. Keduanya ialah Erwanty dan Desri Amelia Zulkifli. Dikutip dari situs resmi Pengadilan Meulaboh, Jumat (31/1/2020), kasus tersebut bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke rumah sakit karena karena tertusuk kayu pada paha kiri sampai ke bokong. Dia masuk ke ruang IGD pada Jumat, 19 Oktober 2018. Sejam berselang, tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap korban. Setelah selesai menjalani operasi, korban dipindahkan ke ruang perawatan anak. Dokter kemudian memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang bertugas jaga untuk memberikan obat kepada korban. Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa Desri membuka buku rekam medis untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia melihat ketersediaan obat pada kotak obat Reza hanya satu. ...

Mawardi Ali : Kehadiran Lab Litbangkes Harap Dapat Mengembangkan Riset dan penelitian Bidang Kesehatan,

sumber: mediacenter Acehvoice.com | Aceh Besar -  Ir. H. Mawardi Ali hadiri peresmian Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh di Desa Bada Lambaro, Aceh Besar, Rabu, (26/02/2020). Dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya terhadap kementerian Kesehatan dan Balai kesehatan Aceh yang sudah Membangun Laboratorium penelitiannya di Aceh Besar. "Dengan terbangunnya Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh di Aceh Besar ini semoga terus dapat mengembangkan riset dan penelitian dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi Masyarakat", ujar Mawardi Ali. "Seperti kita ketahui Bersama Laboratorium memaninkan peran penting dalam pendeteksian, penilaian, respons, pemberitahuan dan pemantauan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Laboratorium merupakan bagian mendasar untuk mendukung kegiatan program kesehatan mulai dari pengawasan, diganosis, pencegahan, pengobatan dan penelitian dan promosi kesehatan", Papar Mawar...