![]() |
Profesor Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist) dari Rumah Sakit Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi, penemu virus Corona. Foto/Dok Daviddegner |
Acehvoice.com | Jika ada yang beranggapan bahwa Islam itu
adalah agama yang alergi terhadap sains dan teknologi, itu keliru. Justru Islam
yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) adalah agama yang
terbuka dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan.
Dalam perspektif hadis Nabi, setiap muslim diwajibkan
(fardlu 'Ain) menuntut ilmu pengetahuan untuk menegakkan urusan-urusan
agamanya. Bahkan dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala berfirman: "Wa qul Robbi
zidni 'ilman (dan katakanlah, 'wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu."
(QS Thaha: 114)
Saat ini dunia digemparkan dengan merebaknya wabah virus
Corona (CoV) yang mematikan. Kabar terkini menyebutkan korban meninggal dunia
mencapai 106 orang dan 4.000 orang terinfeksi virus mirip SARS ini. Virus ini
disebut-sebut berasal dari kelelawar dan pertama kali mewabah di Wuhan, China.
Hingga kini belum ada ada obat atau vaksin yang dapat mencegah atau mengobati
wabah penyakit itu.
Ada satu hal yang tidak diketahui banyak orang terkait
fenomena virus ini. Ternyata, orang yang pertama kali menemukan virus Corona
(CoV) ini adalah seorang ilmuwan muslim. Dia adalah seorang profesor dokter
berkebangsaan Mesir bernama Ali Mohamed Zaki, PhD (virologist) dari Rumah Sakit
Dr Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi.
Menurut Dokter M Saifudin Hakim, seorang dosen Fakultas
Kedokteran UGM yang dilansir dari situs kesehatan muslim
(https://kesehatanmuslim.com), Dokter Ali Mohamed Zaki berhasil mempublikasikan
virus temuannya di salah satu jurnal terkemuka, yaitu The New England Journal
of Medicine (NEJM) pada Oktober 2012, bersama dengan beberapa ilmuwan
(virologist) dari Belanda.
Ketika itu, beliau melaporkan seorang pasien laki-laki
berusia 60 tahun dengan gejala demam, batuk, dan kesulitan bernafas.
Pemeriksaan selanjutnya menunjukkan adanya proses infeksi di paru-paru. Pasien
itu akhirnya meninggal dunia meskipun telah mendapatkan perawatan intensif.
Sayangnya, pemeriksaan di RS Soliman Fakeeh di Jeddah tidak dapat mengungkap
agen penyebab infeksi pasien itu.
Oleh karena itu, sampel yang berasal dari pasien itu
kemudian dikirim ke Departemen (laboratorium) Viroscience, Erasmus Medical
Center (EMC), Rotterdam, Belanda, salah satu laboratorium virologi terkemuka di
dunia. Di laboratorium inilah akhirnya diketahui bahwa penyebab infeksi pasien
itu adalah virus varian baru dari jenis coronavirus. Karena virus itu diisolasi
pertama kali di EMC, virus itu kemudian diberi nama HCoV EMC (Human CoronaVirus
Erasmus Medical Center).
Analisis menunjukkan bahwa virus HCoV EMC tersebut sangat dekat
kekerabatannya dengan coronavirus yang ditemukan di kelelawar (bat coronavirus,
yaitu BatCoV-HKU5 dan BatCoV-HKU4). Meskipun demikian, pada saat itu belum
diketahui bagaimana cara atau mekanisme penularannya ke manusia.
Kini, setiap ilmuwan di seluruh dunia yang membicarakan dan
mempublikasikan kasus atau riset berkaitan dengan virus MERS-CoV pasti merujuk
pada artikel NEJM yang ditulis oleh Profesor Dokter Ali Mohamed Zaki tersebut.
Adapun anggapan yang menilai Islam tidak peka terhadap ilmu
pengetahuan telah terjawab dengan adanya fakta ini. Semoga Allah Ta'ala memberi
jalan keluar atas musibah virus corona ini. []
Wallahu A'lam Bisshawab.