Acehvoice.com | Negara Tiongkok pernah mengalami sebuah wabah kelaparan yang sangat buruk, yang telah merenggut jutaan jiwa rakyatnya. Bencana terburuk dalam sejarah negara itu telah melahirkan sebuah istilah “Sepuluh Ribu Lubang Manusia”, untuk menggambarkan betapa mengerikannya wabah kelaparan itu.
Kelaparan di China tahun 1876-1878
Terdapat begitu banyak kuburan masal yang sangat besar di
seluruh wilayah Tiongkok Utara. Dalam kurun waktu 3 tahun, jumlah mayat di sana
mencapai 13.000.000 jiwa. Selama 2 tahun pertama terjadinya wabah tersebut,
setiap harinya ada sebanyak 12.000 orang meninggal.
Bencana kelaparan itu terjadi akibat dari buruknya cuaca
yang melanda seluruh wilayah Tiongkok. Bencana kekeringan yang menimpa wilayah
Tiongkok Utara dari tahun 1876 sampai 1878 telah membakar seluruh ladang
pertanian rakyat.
Hal itu menyebabkan tidak adanya stok pangan untuk kebutuhan
sehari-hari rakyat selama 2 tahun tersebut. Tidak ada satupun yang mengetahui
bencana kekeringan itu akan menimpa wilayah Tiongkok Utara, sehingga rakyat
tidak mempersiapkan dengan baik hasil pertanian mereka sebelum bencana itu
muncul.
Berbeda dengan wilayah Tiongkok Utara, wilayah Tiongkok
Selatan mengalami bencana banjir akibat dari intensitas air hujan yang sangat
tinggi di sana. Sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh masyarakat di
Tiongkok Utara. Namun, masyarakat di Tiongkok Selatan pun tidak serta merta
merasa lega dengan bencana yang mereka hadapi.
Bencana banjir yang tengah menimpa mereka, sama-sama membuat
rakyat menderita kelaparan. Hal itu disebabkan hasil pertanian mereka banyak
yang terendam air sehingga tidak ada stok pangan di wilayah tersebut.
Bencana kelaparan itu telah benar-benar membuat rakyat
Tiongkok menderita. Tingkat kriminalitas meningkat sangat tajam di seluruh
wilayah yang terkena dampak bencana, khususnya di wilayah utara. Situasi
kelaparan yang sudah sangat menggila membuat setiap orang tidak dapat berpikir
jernih. Bunuh diri menjadi hal yang biasa terjadi dan berlangsung terus menerus
setiap harinya. Bahkan aksi kanibalisme dianggap wajar oleh siapa saja yang
melakukannya.
Berbeda dengan wilayah Tiongkok Utara, wilayah Tiongkok
Selatan mengalami bencana banjir akibat dari intensitas air hujan yang sangat
tinggi di sana. Sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh masyarakat di
Tiongkok Utara. Namun, masyarakat di Tiongkok Selatan pun tidak serta merta
merasa lega dengan bencana yang mereka hadapi.
Bencana banjir yang tengah menimpa mereka, sama-sama membuat
rakyat menderita kelaparan. Hal itu disebabkan hasil pertanian mereka banyak
yang terendam air sehingga tidak ada stok pangan di wilayah tersebut.
Bencana kelaparan itu telah benar-benar membuat rakyat
Tiongkok menderita. Tingkat kriminalitas meningkat sangat tajam di seluruh
wilayah yang terkena dampak bencana, khususnya di wilayah utara. Situasi
kelaparan yang sudah sangat menggila membuat setiap orang tidak dapat berpikir
jernih. Bunuh diri menjadi hal yang biasa terjadi dan berlangsung terus menerus
setiap harinya. Bahkan aksi kanibalisme dianggap wajar oleh siapa saja yang
melakukannya.
Kelaparan di China tahun 1958-1962
Bencana kelaparan besar Tiongkok terjadi di Republik Rakyat
Tiongkok pada 1958-1962. Kelaparan Besar di China disebabkan oleh pemimpin
komunis yang berupaya untuk memaksa perubahan pada masyarakat.
Sebagai bagian
dari "Lompatan Jauh ke Depan", salah satunya adalah larangan akan
kepemilikan tanah pribadi. Pemerintah merampas tanah-tanah milik petani pribadi
pada 1958 dan membuatnya komunal untuk meningkatkan produksi pertanian.
Selain
itu Negeri Tirai Bambu ini juga tengah mengembangkan produksi besi dan baja.
Jutaan petani dipekerjakan secara paksa.
China juga membuat kesalahan fatal dengan menerapkan metode
penananam baru yakni bibit ditanam 3-5 meter di bawah tanah namun jaraknya
berdekatan supaya peran tanah bisa dimaksimalkan dan lebih efisien.
Namun pada
praktiknya benih itu pertumbuhannya terganggu lantaran berdesakan. Kebijakan
ini gagal. Ditambah dengan bencana banjir pada 1959 dan kekeringan tahun
selanjutnya, ini mempengaruhi bangsa China. Kelaparan ini menyebabkan 43 juta
orang. []
Sumber: Kumparan - Wikipedia
